
Permainan Dolanan Lowok
Dolanan lowok adalah sebuah permainan tradisional yang juga pernah hidup
di masyarakat Jawa dan dialami oleh anak-anak di era sebelum tahun
1980-an. Biar pun untuk saat ini, dolanan tersebut sudah asing bagi
sebagian besar anak-anak Jawa di masa sekarang, tetapi tidak ada
jeleknya jika kita berusaha mengenal kembali sepintas dolanan lowok. Di
daerah DIY, setidaknya dolanan ini pernah dijumpai di daerah Kulon
Progo, tepatnya di Kelurahan Jatimulyo dan Giripurwo, Kecamatan
Girimulyo (Ahmad Yunus, 1980/1981: hlm. 21-22). Dolanan ini juga sering
disebut dengan istilah wok, lowokan, wokan, atau legokan.
Istilah-istilah tersebut mengacu pada pengertian lubang. Memang dalam
permainan ini, salah satunya adalah menggunakan sebuah media tanah yang
digali sehingga terbentuklah lubang atau cekungan kecil. Hampir mirip
dalam olahraga golf.
Namun begitu, istilah lowok juga mempunyai arti lain, seperti dalam
kamus Bahasa Jawa karangan W.J.S. Poerwadarminta (1939) halaman 283
berarti kosong atau belum terisi penuh. Namun kiranya, keduanya memiliki
kemiripan arti, dalam hal suatu tempat atau lubang. Dalam kamus itu,
sama sekali tidak menyinggung jenis permainan tradisional. Mungkin
sekali, masyarakat dua kelurahan itu mengambil nama lowok, dari hasil
kesepakatan mereka sendiri.
Berbeda dengan jenis dolanan yang sudah disampaikan terdahulu, dolanan
lowok mengandung unsur taruhan. Namun sebenarnya unsur taruhan ini bisa
dihilangkan, dengan cara mereka bersama-sama mengumpulkan bendanya lalu
dibagi rata. Setelah selesai dikumpulkan kembali untuk permainan
berikutnya. Taruhan ini pun sebenarnya juga telah mengalami perubahan
sesuai dengan perkembangan zaman. Pada awal dikenalnya, alat taruhan
yang digunakan berupa buah jirak atau miri. Namun, setelah dikenalnya
gelang karet, alat taruhan berupa gelang karet. Itulah sebabnya, dolanan
ini termasuk dolanan yang menggunakan alat. Selain gelang karet, para
pemain juga menggunakan pecahan kreweng (genting) sebagai gacuk. Jadi,
dolanan lowok membutuhkan alat atau media bermain berupa gacuk dan
sejumlah karet untuk setiap pemain.
Dalam sejarahnya, dolanan ini biasa dimainkan dan digemari oleh
anak-anak perempuan. Hal ini sesuai dengan sifat permainan yang tidak
banyak membutuhkan kekuatan fisik. Dolanan ini lebih melatih ketenangan
dan ketrampilan. Selain itu, dolanan lowok juga lebih mengutamakan sifat
kompetitif di antara para pemainnya. Dalam perkembangannya, dolanan
lowok bisa juga dimainkan oleh anak laki-laki atau campuran yang usianya
sekitar 8—13 tahun. Usia tersebut sudah dianggap memahami aturan
permainan. Sebaiknya dalam permainan ini diikuti oleh peserta antara 3-6
anak, agar tidak terlalu melelahkan menunggu giliran berikutnya.
Tidak jauh berbeda dengan jenis dolanan yang sering dilakukan oleh
anak-anak kecil, dolanan ini pun seringkali dimainkan di saat waktu
senggang, bisa pagi, siang, atau sore hari. Asalkan tidak mengganggu
waktu sekolah atau membantu orang tua. Sebaiknya dilakukan di area kebun
atau halaman yang masih tanah. Tujuannya untuk memudahkan membuat
lubang lowok. Karena membutuhkan waktu terang, maka dolanan ini jarang
dilakukan pada malam hari. Biar pun dilaksanakan di siang hari,
sebaiknya dimainkan di halaman kebun yang banyak ditumbuhi pohon-pohon
perindang, agar dolanan bisa lebih tenang, terhindar dari cuaca panas.
Sebelum anak-anak bermain dolanan lowok, biasanya juga ada kesepakatan
lisan di antara mereka yang bermain. Kesepakatan lisan yang biasa
disepakati, adalah: 1) waktu melempar gacuk atau karet gelang, kaki
tidak boleh melewati garis yang sudah ditentukan; 2) jika ada 2 gacuk
atau lebih berjarak sama dengan lubang, harus diulang; 3) jika ada gacuk
yang dikenai, maka gacuk itu harus diulang; 4) taruhan gelang karet
disepakati bersama dalam setiap bermain; 5) karet yang dipakai untuk
taruhan harus berkualitas baik.
Setelah anak-anak memahami aturan lisan, maka mereka bersiap-siap untuk
bermain. Pada tahap awal, ada seorang anak yang membuat lubang tanah,
dengan kedalaman sekitar 5 cm dan diameter 5-10 cm. Setelah itu, seorang
anak lain membuat garis melintang dengan jarak lubang sekitar 2-3
meter, diberi nama garis x. Lalu membuat sebuah garis melintang lain 1-2
meter di belakang garis X, dan kemudian diberi nama garis Y.
Dolanan Lowok kali ini misalkan dimainkan oleh 5 anak, masing-masing
pemain A,B,C,D, dan pemain E. Mereka masing-masing sudah membawa sebuah
kreweng atau pecahan tembikar sebagai gacuk. Lalu, mereka juga harus
sudah sepakat untuk masing-masing pemain mengumpulkan 5 gelang karet.
Sehingga, dari 5 pemain terkumpul 25 gelang karet. Kemudian, saat
memulai bermain, mereka berdiri di belakang garis Y (garis terjauh).
Semua pemain melemparkan gacuknya ke arah lubang atau lowokan. Sedapat
mungkin, gacuk-gacuk itu dilemparkan sedekat lowokan. Bagi pemain
terdekat gacuknya, misalkan pemain B, maka pemain B nantinya berhak
untuk mendapat giliran pertama melempar karet. Kemudian gacuk terdekat
kedua hingga urutan kelima, misalkan pemain C,E, D, dan A.
Karet gelang berjumlah 25 buah kemudian diserahkan kepada pemain B.
Tahap selanjutnya, pemain B melempar semua karet itu dari garis Y ke
arah lubang lowokan. Jika ada karet yang masuk ke lubang lowokan
(misalkan 3 buah), maka karet gelang yang masuk itu menjadi miliknya.
Sementara karet-karet gelang lainnya kembali dikumpulkan. Tahap
selanjutnya, pemain B mulai melempar lagi karet-karet gelang. Tetapi
kali ini, ia melempar dari garis X (garis yang terdekat) karena pada
lemparan sebelumnya, ada karet yang masuk dalam lubang. Demikian
seterusnya, jika ada karet gelang yang masuk, maka menjadi miliknya.
Apabila pada kesempatan ke-4, pemain B sudah tidak dapat memasukkan
karet gelang ke lubang lowokan, maka giliran pemain kedua bermain, yaitu
pemain C.
Pada permainan awal, pemain C juga melempar karet-karet gelang dari
belakang garis Y ke arah lubang lowokan. Jika pemain C pada lemparan
pertama bisa memasukkan sejumlah karet gelang ke dalam lowokan, maka
bisa diteruskan melempar dari belakang garis X (garis terdekat). Jika ia
sudah tidak dapat memasukkan karet gelang, maka diganti pemain giliran
ketiga. Demikian seterusnya permainan akan berjalan. Namun seandainya,
pada giliran pemain keempat, yakni pemain D, karet gelang sudah habis,
maka permainan diawali dari permulaan, yakni melempar gacuk (pecahan
tembikar/genting) ke arah lubang lowokan. Dan, sebelumnya setiap pemain
sudah kembali mengumpulkan 5 atau 10 karet gelang (sesuai kesepakatan
berikutnya).
Dolanan akan berhenti jika sudah ada anak (pemain) yang banyak
mendapatkan karet gelang dan sebagian pemain lain sudah kehabisan karet
gelang. Atau bisa juga, dolanan akan berhenti jika ada anak yang merasa
lelah, bosan, atau capek, sehingga terpaksa dolanan harus berhenti dan
mungkin hendak bermain ke jenis dolanan yang lain. Mereka yang banyak
mendapatkan karet gelang dianggap sebagai pemenang, sementara yang karet
gelangnya habis dianggap sebagai pemain kalah. Bagi pemain kalah tidak
ada hukuman, kecuali karet gelang miliknya habis dan berpindah menjadi
milik pemenang.
Intinya, dolanan lowok sebenarnya melatih ke setiap anak untuk selalu
trampil, sabar, dan mudah bergaul. Jika mereka bisa bersosialisasi
dengan teman, maka mereka bisa memahami keinginan teman yang mempunyai
beraneka ragam watak. Mereka dilatih untuk bermain sabar, jika belum
waktunya mendapat giliran bermain, terpaksa harus mau menunggu hingga
saatnya bermain. Sementara melatih ketrampilan, bagi anak agar bisa
memenangkan dolanan itu sendiri. Terlepas dari unsur taruhan (bisa
disiasati dengan mengumpulkan jadi milik bersama), sebenarnya dolanan
ini sebagai ajang bagi anak untuk bersosialisasi kepada teman, agar
mereka saling mengenal satu sama lain, sehingga melatih mereka untuk
saling memahami dan menghargai perbedaan masing-masing watak.
Sumber : wikipedia, Tembi .
Sumber : wikipedia, Tembi .